W.E.L.C.O.M.E (^_^)

WELCOME TO MY BLOG - THANKS FOR VISITING - ENJOY YOURSELF HERE - AND KEEP VISITING MY BLOG - MAY GOD ALWAYS GIVES YOU HIS MERCY AMEEN - THANK YOU :)

Rabu, 07 November 2012

Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotik




 Cara bakteri menjadi resisten
            Meminum antibiotika untuk mengobati pilek atau penyakit yang disebabkan oleh virus, tidak hanya tidak bermanfaat tetapi juga dapat menimbulkan bahaya. Dalam jangka panjang hal ini dapat membuat bakteri menjadi lebih sulit untuk dimusnahkan. Penggunaan antibiotika yang sering & tidak sesuai keperluan dapat menghasilkan jenis bakteri baru yang dapat bertahan terhadap pengobatan yang diberikan atau yang disebut dengan resistensi bakteri. Jenis bakteri baru ini memerlukan dosis yang lebih tinggi atau antibiotika yang lebih kuat untuk dapat dimusnahkan.
            Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai mendorong perkembangan bakteri yang resisten. Setiap orang yang menggunakan antibiotika, maka bakteri yang sensitif akan terbunuh tetapi bakteri yang resisten akan tetap ada, tumbuh & bereproduksi. Beberapa bakteri secara alami memang resisten terhadap antibiotike tipe tertentu. Namun, bakteri juga dapat menjadi resisten melalui dua cara: dengan mutasi genetika atau dengan mendapatkan resistensi dari bakteri lainnya.
            Secara genetis, resistensi antibiotika menyebar melalui populasi bakteri baik secara “vertikal,” saat generasi baru mewarisi gen-gen yang resisten terhadap antibiotika, dan secara “horisontal,” saat bakteri berbagi atau saling menukar materi genetis dengan bakteri yang lain. Transfer gen secara horisontal dapat terjadi diantara spesies bakteri yang berbeda.  
            Secara lingkungan, resistensi antibiotika menyebar saat bakteri tersebut bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain; bakteri dapat menyebar melalui udara, air, dan angin. Orang dapat menyebarkan bakteri resisten pada orang lain; misalnya, melalui batuk atau kontak langsung dengan tangan-tangan yang tidak dicuci sebelumnya.

Bahaya resistensi antibiotika
            Antibiotika sejak pertama digunakan pada tahun 1940 merupakan salah satu kemajuan besar dalam dunia pengobatan. Akan tetapi peresepan yang berlebihan terhadap antibiotika mempunyai dampak terhadap perkembangan bakteri yang menjadi tidak responsif terhadap pemberian antibiotika, yang sebelumnya pernah berhasil (resisten). Selain itu anak-anak yang mengkonsumsi antibiotika yang seharusnya tidak diperlukan mempunyai resiko untuk mengalami efek samping lain, seperti gangguan perut & diare.
            Bahaya resistensi antibiotika merupakan salah satu masalah yang dapat mengancam kesehatan masyarakat. Hampir semua jenis bakteri saat ini menjadi lebih kuat & kurang responsif terhadap pengobatan antibiotika. Bakteri yang telah mengalami resistensi terhadap antibiotika ini dapat menyebar ke anggota keluarga, teman ataupun tetangga lain sehingga mengancam masyarakat akan hadirnya jenis penyakit infeksi baru yang lebih sulit untuk diobati & lebih mahal juga biaya pengobatannya.

Masalah resistensi antibiotic saat ini
            Masalah resistensi ini terjadi akibat rendahnya rasionalitas penggunaan antimikroba yang sudah menjadi masalah dunia. Jika tidak segera dikendalikan maka dalam beberapa tahun ke depan akan terjadi pandemi resistensi antibiotik, karena kecepatan resistensi lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan pengembangan antibiotik.   
            Sejak tahun 2007 tidak ada satu jenis pun antibiotik pun yang dikembangkan, sedangkan pada tahun 2000-2007 hanya didapatkan 2 jenis antibiotik. Tapi sayangnya antibiotik tersebut tidak mengganti antibiotik yang sudah ada sebelumnya. Bayangkan saja dalam kurun waktu 7 tahun hanya ada 2 antibiotik dan jenisnya sama seperti yang lain. Jadi kalau antibiotik yang lain sudah resisten, maka antibitoik ini juga akan resisten.           
            Beberapa hal diketahui menjadi penyebab lambatnya pengembangan antibiotik. Salah satunya adalah penelitian ini dianggap tidak menarik. Para peneliti lebih memilih mengembangkan obat kardiovaskuler yang nantinya dapat dijual dengan harga yang sangat tinggi. Sedangkan antibiotik umumnya hanya dapat digunakan untuk penyakit infeksi saja yang sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang dan miskin, sehingga harga dari obat ini nantinya tidak akan mahal.
            "Harus segera dilakukan pengendalian, karena kalau tidak pandemi resistensi antibiotik ini bisa segera terjadi. Selain itu dilakukan pembatasan penggunaan misalnya antibiotik hanya boleh diresepkan di rumah sakit tertentu oleh dokter subspesialis," tutur Prof Iwan.
            Untuk itu diperlukan penanganan yang kompleks dan upaya bersama serta kerjasama dengan beberapa stakeholder yang meliputi dokter anak, dokter spesialis, apoteker, pembuat obat dan juga lintas sektor.
            Kita pun dapat berperan secara aktif untuk menghambat terjadinya resistensi bakteri, caranya adalah dengan menggunakan obat antibiotika secara tepat & sesuai range terapi. Meskipun antibiotika merupakan obat yang sangat kuat, akan tetapi antibiotika hanya efektif untuk digunakan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri & bukan oleh mikroba lain seperti misalnya demam, batuk atau flu. Berikut beberapa tips yang bermanfaat apabila kita berobat ke dokter :

  1. Tanyakan apakah antibiotika yang diberikan bermanfaat terhadap penyakit yang tengah diderita saat ini.
  2. Jangan gunakan obat antibiotika untuk penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus seperti flu.
  3. Apabila mendapatkan antibiotika, harus digunakan sampai habis. Jangan sisakan antibiotika tersebut untuk pengobatan di lain waktu.
  4. Gunakan antibiotika yang diberikan sesuai saran dari dokter. Gunakan secara rutin sampai habis meskipun sudah merasa sehat. Jika pengobatan antibiotika dihentikan terlalu cepat, maka beberapa bakteri dapat bertahan hidup & menimbulkan infeksi kembali.
  5. Jangan gunakan antibiotika yang di resepkan untuk orang lain. Terkadang karena merasa gejala penyakit yang dirasakan sama, maka kita menyamakan pengobatan dengan orang tersebut, padahal bisa jadi kebutuhan tiap orang berbeda.
  6. Jika dokter menyimpulkan bahwa penyakit kita tidak memerlukan pengobatan antibiotika, tanyakan pengobatan lain yang dapat membantu meredakan gejala yang kita rasakan. Jangan paksa dokter untuk memberikan antibiotika kepada kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar